Anemia aplastik merupakan suatu kondisi di mana sumsum tulang tidak memproduksi sel-sel baru dalam jumlah yang cukup untuk memperbarui sel-sel darah. Keadaan ini, seperti namanya, juga menunjukkan adanya aplasia dan anemia. Anemia sendiri merujuk pada rendahnya jumlah sel darah merah, namun lebih jauh, pasien yang menderita anemia aplastik juga memiliki jumlah sel darah merah, darah putih dan platelet yang rendah, yang disebut pancytopenia.
Penyebab
Dalam banyak kasus penyebabnya tidak diketahui, namun salah satu kemungkinan penyebabnya ialah gangguan sistem kekebalan tubuh di mana sel darah putih menyerang sumsum tulang.
Anemia aplastik juga kadangkala dihubungkan dengan adanya paparan racun seperti bensin, atau penggunaan obat-obatan tertentu, termasuk klorampenikol, karbamazepin, felbamat, fenitoin, kuinin dan fenilbutazon. Banyak obat-obatan berhubungan dengan aplasia menurut laporan kasus-kasus tertentu, namun kemungkinannya sangat rendah.
Sebagai contoh, terapi penggunaan klorampenikol yang mengakibatkan aplasia terjadi dalam satu di antara 40.000 kasus dan aplasia yang disebabkan oleh karbamazepin malah lebih jarang lagi.
Paparan terhadap radiasi ion dari bahan radioaktif atau perangkat yang menghasilkan radiasi juga dapat menyebabkan anemia aplastik. Marie Curie, yang terkenal karena karyanya di bidang radioaktif, meninggal karena anemia aplastik setelah bekerja tanpa menggunakan pengaman terhadap bahan-bahan radioaktif dalam jangka waktu yang lama; efek merusak dari radiasi ion pada waktu itu belum diketahui.
Anemia aplastik juga diderita oleh sampai 2% pasien yang menderita hepatitis akut yang disebabkan oleh virus.
Pada beberapa satwa, anemia aplastik dapat disebabkan oleh hal-hal lain. Contohnya, pada musang disebabkan oleh keracunan estrogen, karena musang betina adalah hewan yang berovulasi di dalam tubuh, maka perkawinan diperlukan untuk mengeluarkan panas dari dalam tubuh. Betina yang tidak dikawini akan memiliki panas dan setelah beberapa waktu kandungan estrogen akan menumpuk dan menyebabkan sumsum tulang berhenti memproduksi sel darah merah.
Anemia aplastik juga bisa disebabkan oleh infeksi parvovirus. Pada manusia, antigen P (juga dikenal sebagai globoside) adalah penerima sel untuk virus prvovirus B19 yang menyebabkan infectiosum erythema pada anak-anak. Parvovirus menyebabkan produksi sel darah merah berhenti total. Pada sebagian besar kasus, hal ini terjadi tanpa diketahui karena sel darah merah dapat bertahan hidup selama 120 hari, dan penurunan dalam jumlah produksi tidak secara nyata mempengaruhi jumlah total sel darah merah yang beredar. Pada orang-orang di mana sel-sel mati lebih awal (seperti penderita anemia sel sabit), infeksi parvovirus dapat menyebabkan anemia yang lebih parah.
Perawatan
Perawatan terhadap anemia aplastik melibatkan penekanan sistem kekebalan tubuh yang dapat dilakukan melalui obat-obatan, atau dalam kasus yang lebih parah, transplantasi sumsum tulang dengan kemungkinan sembuh lebih besar. Sumsum tulang yang ditransplantasikan akan menggantikan sumsum tulang lama sepanjang sumsum tulang tersebut berasal dari donor yang cocok.
Sel induk yang ada di sumsum tulang akan menyusun kembali ketiga macam sel darah, memberikan sistem kekebalan tubuh yang baru, sel darah merah dan platelet yang baru kepada pasien. Namun demikian, selain adanya resiko kegagalan juga ada kemungkinan sel darah putih yang baru akan menyerang bagian tubuh yang lain.
Terapi medis untuk anemia aplastik seringkali melibatkan terapi singkat ATG (globulin antitimosit) atau ALG (antilimfosit globulin) dan perawatan beberapa bulan dengan siklosporin untuk memodulasi sistem kekebalan tubuh. Kemoterapi ringan dengan siklofosfamid dan vinkristin juga bisa efektif. Terapi antibodi seperti ATG menyasar sel-T yang dipercaya menyerang sumsum tulang. Steroid secara umum juga efektif, meskipun sering digunakan untuk memerangi serum sickness yang diakibatkan oleh pemakaian ATG.
Penyakit anemia aplastik merupakan salah satu dari 79 penyakit kritis yang dapat mengancam rencana masa depan manusia. Sudahkah kita berbuat sesuatu untuk meminimalkan resikonya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas komentar dan pertanyaan Anda!